Dogon adalah nama dari kelompok suku yang menempati wilayah plato tengah Mali, di selatan sungai Niger. Saat ini suku Dogon berpopulasi sekitar 800 ribu jiwa. Suku Dogon sangat terkenal dan menjadi objek studi antropologi banyak ilmuwan. Mereka terkenal akan mitologi, kebudayaan serta arsitektur pemukimannya. Saat ini telah terjadi perubahan yang signifikan terhadap cara hidup, kebudayaan dan kepercayaan orang Dogon.
Pemukiman Suku Dogon
Di wilayah Mopti, Mali. Sekelompok orang, berjumlah kurang dari satu juta, mempertahankan warisan budaya dan arsitektur yang unik yang telah mereka nikmati selama ratusan tahun.
Struktur tertua pemukiman Dogon dapat ditemukan pada dinding dinding tebing
Seribu tahun yang lalu orang-orang Dogon melarikan diri ke daerah terisolasi di sekitar lereng curam Bandiagara. Di sini, sekitar tebing curam desa-desa bisa lebih mudah dipertahankan. Ditambah Sungai Niger mengalir melalui daerah itu, memberikan barisan pertahanan alami.
Menurut tradisi lisan mereka, permukiman mulai dibangun disepanjang barat daya dan selama berabad-abad orang-orang Dogon perlahan-lahan memperluas jangkauan mereka utara. Hal ini mungkin bahwa masyarakat Dogon berkembang sebagai hasil dari beberapa gelombang orang yang melarikan diri dari ancaman Islamisasi.
Dinding tebing tetap indah dengan seni yang berumur ratusan tahun yang menggambarkan rincian ritual Dogon. Banyak desa-desa yang di tebing ditinggalkan, karena takut anak anak kecil jatuh dari tebing, maka mereka membangun kembali pemukiman di bawah tebing agar tidak terlalu berbahaya. Tanah ini subur dan Dogon mampu mengembangkan pertanian sepenuhnya.
Karena disini banyak lahan pertanian. Maka di pemukiman ini banyak lumbung-lumbung untuk menyimpan benih. Sebuah rumah khas Dogon dihiasi dengan lumbung, semua terbuat dari lumpur. Ini tidak primitif kedengarannya, Dogon mengembangkan gaya arsitektur mereka sendiri dari lumpur
Bangunan khas Dogon memiliki arti tertentu. Lumbung atap ditunjukkan sebagai lumbung laki-laki. Di sinilah gandum dan makanan lainnya disimpan. Atap yang tinggi dan besar mencerminkan kemakmuran. Ada juga lumbung perempuan, di mana perempuan dapat menyimpan barang-barang mereka sendiri, perempuan Dogon bisa mandiri secara ekonomi tanpa bergantung kepada suaminya
Toguna adalah bangunan hanya untuk laki-laki. Biasanya orang-orang bermusyawarah di dalam toguna. Bangunan ini sengaja dirancang sedemikian rupa dengan atapnya yang rendah, yang berarti bahwa tidak ada laki-laki yang bisa berdiri tegak, alasannya adalah sederhana ketika terjadi perdebatan yang panas, maka orang orang tidak bisa berdiri untuk melukai orang lain, ini menurunkan insiden kekerasan karena membatasi pergerakan.
Ginna adalah rumah kepala desa di Dogon.
Kepala desa tinggal di lantai pertama dengan lumbung sendiri di lantai atas. Daerah atap dipercaya dihuni oleh Wagem, nenek moyang Dogon. Wagem sebenarnya nama salah satu kultus animis yang ada di Dogon
Desa ini memiliki seorang pemimpin spiritual yang disebut Hogon. Hogon dipilih dari beberapa kandidat yang terdiri dari laki-laki yang sudah tua di Dogon. Ketika Hogon dipilih maka penduduk desa dilarang menyentuh dia dan ia harus hidup sendiri tanpa mencuci dan cukur selama jangka inisiasi. Selama ini kebutuhannya dipenuhi oleh seorang perawan yang belum memasuki masa puber yang akan membuat makanan dan membersihkan rumah. Perempuan itu juga tidak boleh menyentuh Hogon, dan setiap malam dia akan pulang ke rumah orang tuanya
Meskipun Dogon awalnya datang ke daerah Mopti untuk melarikan diri dari Islam, agama telah menyebar ke masyarakat. Banyak desa kini memiliki masjid yang di bangun dari lumpur, yang menambah arti arsitektur permukiman tersebut.
Berbagai agama hidup berdampingan satu sama lain dan ada tidak ada masalah sedikitpun di antara mereka, keharmonisan merupakan salah satu aspek yang paling penting dari masyarakat Dogon dan dibuktikan dalam ritual sehari-hari.