Seperti juga lingkungan yang tercemar bila kita ceroboh karena tidak menjaganya, ternyata kita juga bisa menciptakan racun untuk hubungan perkawinan kita lewat perbuatan dan perkataan yang negatif. Padahal alih-alih mencemari, harusnya kita malah merawatnya. Namun jangan lupa, untuk merawatnya juga diperlukan terobosan-terobosan mengingat hubungan perkawinan bersifat dinamis –yang tumbuh dan berubah– dengan pengalaman dan masalah baru.
Tidak dapat dielakkan bahwa setiap pasangan menginginkan hubungan yang selalu sehat. Namun, meski Anda memutuskan menikah dengan seseorang karena merasa banyak kesamaan, setiap orang pada dasarnya unik. Itu sebabnya selalu saja ada konflik yang menyertai.
Bisa juga salah satu, atau bahkan Anda berdua merasa bosan sehingga tidak lagi melakukan kegiatan-kegiatan bersama yang sebenarnya justru dapat menyegarkan perkawinan. Apakah ini berarti Anda dan pasangan sudah tidak saling peduli? Mungkin saja tidak, tetapi Anda berdua tengah memasuki "area nyaman" perkawinan sehingga merasa tak perlu lagi bekerja keras untuk membuat hubungan lebih romantis, lebih mesra, dan lebih segar karena semuanya sudah berjalan sebagaimana mestinya.
Anda dapat melihat dan mempelajari polusi-polusi yang dapat memberi dampak negatif sekaligus cara membersihkannya agar mampu menjaga hubungan perkawinan Anda selalu sehat.
1. Rasa Malas
Kemalasan adalah musuh utama perkawinan. Seperti halnya kemalasan di sekolah atau di kantor yang bisa membuat Anda terancam tidak lulus atau karier Anda terhambat, kemalasan juga membawa konsekuensi buruk dalam perkawinan. Perilaku ini membuat Anda hanya menjalaninya saja hingga Anda berdua lupa melakukan hal-hal yang seharusnya bisa membuat perkawinan menjadi lebih mesra.
Secara alami, sejalan dengan usia perkawinan yang bertambah, Anda sudah merasa nyaman berdua. Tapi tak banyak pasangan yang menyadari, semakin banyak menghabiskan waktu berdua, sebenarnya semakin sedikit kepedulian Anda pada hal-hal baru yang menyegarkan di luar sana yang bila dilakukan justru bisa menyemarakkan perkawinan. Anda merasa sudah "tahu sama tahu" sehingga entah lupa atau malas, tak lagi memikirkan kejutan romantis atau tampil memikat untuk menarik perhatian pasangan.
Tak ada salahnya sih merasa nyaman dengan pola hubungan yang sudah ada. Malah salah satu ciri perkawinan yang sehat adalah semua pihak merasa aman dan nyaman satu sama lain. Tapi jika merasa nyaman lantas terlena, Anda berdua tak lagi berusaha mencari cara-cara baru untuk menyemarakkan cinta agar perkawinan selalu tersegarkan. Pada satu titik, kenyamanan ini justru akan membuahkan kebosanan. Tak mustahil jika ini terjadi masing-masing pihak mencari hal-hal baru yang lebih segar. Bukan dari pasangannya, tapi justru mencari di luar rumah. Sayang, kan?
Solusi:
Jika tampaknya polusi malas mulai mencemari hubungan Anda, berarti sudah waktunya Anda dan pasangan segera bangkit dan berlaku aktif! Buatlah hal-hal yang membuat pasangan Anda tahu betapa Anda masih mencintainya dengan tulus dan tergila-gila padanya. Sebaliknya, tunjukkan pula padanya bahwa Anda menginginkannya, butuh perhatiannya dan ingin melakukan banyak hal bersamanya. Carilah tempat yang dapat dinikmati bersama, seperti tempat liburan favorit Anda berdua. Kalau selama ini Anda melakukan hobi sendiri-sendiri, cari hobi baru yang bisa dilakukan dan dinikmati bersama sehingga Anda berdua merasa semakin terikat satu sama lain. Tak perlu melakukan hal-hal yang mewah atau spektakuler, sepanjang Anda berdua seia sekata melakukannya demi membuat hubungan semakin segar dan hidup.
2. Argumen
Bukan argumennya yang menjadi racun, tapi bagaimana cara Anda berdua adu argumentasi ketika terjadi perbedaan pendapat. Argumentasi merupakan hal wajar dan penting karena sering kali justru dapat membuat Anda dan pasangan menjadi lebih dekat. Beradu argumentasi merupakan proses pertukaran informasi dimana salah satu pihak menolak informasi/pendapat dari pihak lain. Lewat argumentasi, Anda dan pasangan belajar bahwa setiap orang sering kali mempunyai perbedaan cara pikir. Masing-masing dapat menggunakan beda cara pikir ini untuk dapat lebih memahami satu sama lain.
Lalu pada akhirnya saling menghargai juga menuntun kita bertingkah laku lebih bijak di hadapan satu sama lain. Sayangnya, kebanyakan argumentasi dilakukan dengan cara negatif, seperti saling berteriak yang tujuannya semata-mata mengedepankan ego masing-masing. Ujung-ujungnya, argumentasi yang seharusnya konstruktif dan menjadi pengalaman belajar untuk mencari titik temu malah menjadi arena pertengkaran yang tak berkesudahan.
Solusi:
Perlu diingat bahwa berargumentasi bukan hal yang jelek dalam perkawinan. Tapi argumentasi dalam perkawinan yang sehat bertujuan mencari titik temu dan kompromi yang bisa menyenangkan semua pihak. Jadi, Anda berdua harus belajar, ketika hendak berargumen, siapkan hati dan pikiran yang terbuka dengan tujuan mencari solusi.
3. Penolakan
Penolakan adalah racun yang sangat mengganggu perkawinan. Banyak dari kita yang seolah "buta" bahwa hubungan dalam perkawinan tak lagi sehat. Kita berusaha mengelak bahwa semuanya baik-baik saja, sehingga kita menutup diri terhadap apa yang sebenarnya terjadi.
Hubungan dalam perkawinan, karena bersifat dinamis, selalu ada pasang surutnya. Kadang muncul tantangan dan problem yang bisa saja menyakitkan dan menimbulkan rasa marah. Tapi kalau kita menolaknya dan berpikir semuanya oke, hal ini malah membuat hubungan menjadi lebih buruk. Mengesampingkan masalah tidak akan membuatnya pergi. Malah akan membuat masalah itu sendiri bertambah besar dan besar sampai hubungan Anda benar-benar di ujung tanduk. Masalah dan tantangan akan selalu muncul, tapi solusinya baru bisa dicari jika Anda berdua mengakuinya bahwa memang ada.
Solusi:
Bersikaplah realitis dan terimalah kenyataan bahwa masalah dan tantangan dalam perkawinan bisa selalu muncul berbarengan dengan rasa cinta yang tetap melekat satu sama lain. Menyadari hal ini dapat membantu Anda berdua lebih siap menerima masalah yang tengah datang dan mencari solusinya.
Kalau Anda berdua ingin terus bersama, tentu saja yang dibutuhkan adalah tim yang kuat sepanjang waktu, di saat terpuruk ataupun bahagia. Seperti tim dalam olahraga, Anda berdua tak boleh menutup mata terhadap kekuatan lawan. Anggap saja yang menjadi lawan adalah masalah, sehingga selalu dicari cara-cara yang dapat mengalahkan masalah. Kiasannya, jika Anda menghindari "penyakit", Anda justru tidak pernah tahu mana obat yang tepat dan mujarab.